12th September 2014, Puncak Bogor
Finally it’s the day, Puncak Here We Come!!!
Setelah perjalanan cukup
melelahkan dari Jakarta ke Bogor, umpel2an di KRL berasa kyk sarden, nyampe
bogor tepatnya nyampe dirumah uwa jam 09.30 malam. Dan Bangun pagi2 utk siap2.Setelah
sarapan, saya dan suami capcus berangkat ke Puncak naik motor (jangan lupa
motor nya diservice dulu and make sure dalam keadaan layak jalan). Dari kedung
Badak baru (Rumah uwa) perjalanan ke puncak lancar jaya, ga terlalu macet
mungkin karena kita pergi nya hari jumat dan masih pagi sekitar jam 08.00. Rute
yang kita ambil lewat bogor kota, nyampe ke citajur ikutin aja jalan (ada
petunjuk jalannya kok). Sekitar 30 menit kita udah nyampe di jalan raya puncak.
Berhubung kita belum bisa ke hotel (jadwal cek in jam 2 siang), kita mau main
ke kebun teh gunung mas yang lokasinya diatas setelah Taman Safari ngelewatin
aneka rumah makan, restoran, hotel dan villa yang berseleweran di kanan kiri jalan,
dipadu dengan pemandangan hijau dan sejuk nya udara menjadikan perjalanan
menggunakan motor ini menyenangkan, selain bebas macet tentunya. So far keadaan
lalu lintas termasuk lancar cuman sedikit padat ketika sampai di kawasan pasar,
macet nya pun karena angkot. Yaa angkot memang menjadi penyebab kemacetan di
kota bogor dan saya bisa bilang bahwa Bogor ialah Kota-nya angkot.
Ketika sudah sampai dikawasan
puncak tak lantas membuat kita langsung melihat pemandangan asrinya kebun teh,
justru kita akan disuguhkan padatnya villa, hotel, restoran, rumah makan dan
mini market yang bertebaran di kanan kiri jalan. Dan satu hal yang pasti. di
Puncak ini membuat saya seperti sedang berada di Kampung Arab. Kita akan banyak
sekali menemukan orang-orang arab berlalu lalang dan lumayan banyak juga hotel
dan rumah makan bertema-kan timur tengah dengan nama2 dalam bahasa arab (jadi
inget film Kawin Kontrak, hahaaa). Pemandangan kebun teh ini sendiri bisa kita
nikmatin dari deket setelah melewati Hotel Grand Hill (Setelah Belokan ke Taman
Safari), barulah kita disuguhkan pemandangan cantiknya nuansa hijau mendominasi
dengan udara yang semakin dingin. Dan kita juga banyak menemukan org2 yang
duduk dipinggir jalan menawarkan Villa dengan harga cukup murah mulai dari
80rbu/nite, agak2 spooky gitu kyknya villa-nya.
Saking asyiknya nikmatin
pemandangan, kebun teh gunung mas yg menjadi tujuan awal kita kelewatan,
setelah nanya orang di salah satu gubuk makan yang ada di kanan kiri jalan.
Padahal saya kyknya ada liat sih plang tulisan “Kebun Teh Gunung Mas Masuk
500M”, karena saya pikir itu bukan pintu masuk nya (tapi ternyata memang itu).
So, kita mutusin untuk terus keatas nikmatin jalan puncak yang berkelok-kelok
sambil melihat pemdangan kebun teh dan bukit-bukit nya yg hijau, tau-tau kita
udah ngelewatin Masjid Atta’awun, dan kita masih lurus ngelewatin Melrimba
Garden Resto (sebelah kiri jalan), Restoran Rindu Alam (Kanan Jalan) dan sampai
ke Puncak Pass Resto, kurang lebih 45 menit dari gerbang msauk jalan raya puncak.
Kita mutusin untuk turun balik
karena kita merasa udah jauh banget dan udah diatas, berhubung udah jam 09.30
juga, kita meluncur turun dan singgah di Masjid Atta’awun untuk beristirahat
sambil nunggu waktu Jum’atan. Masjid Atta’awun berdiri megah diketinggian 2000
mdpl. Dari sini kita bisa melihat pemandangan yang aduhai, tak jauh dari masjid
terdapat spot Paralayang (yang jalan masuknya keatas lagi dari Masjid
Atta’awun, dket sampai wrung2 makan dipinggir jalan). Waktu kita sampai masjid
masih sepi cuman ada 6 orang pengunjung termasuk kita dan ada couple yang lagi
melakukan foto prewedding. Udara dingin membuat lapar lagi, ga usah khawatir
kelaparan karena dihalaman parkir banyak tersedia warung2 makan dan beberpa pedagang
gerobak makanan kyk gorengan , cakue, cimol, dsb. Lumayan tahu goreng panas dan
bakwan ini bisa mengobati perut yang lumayan laper karena kita gagal menemukan
warung Roti Umroh (Rekomendasi dari sepupu, dan kita menemukannya pas kita
turun).
Jam 11 Masjid mulai dipenuhin
orang mulai dari yang hanya ingin sekedar nongkrong, foto-foto maupun menunggu
waktunya shalat Jum’at. Masjid ini sendiri lumayan unik dari segi bangunan, dan
untuk masuk kedalam masjid kita harus melewati kolam yang air nya dingiiiin
banget berasa lagi cembur ke air es. Tak terasa Azan Zuhur-pun berkumandang,
jamaah laki-laki mulai memadati Masjid ini. Saking dinginnya cuaca (setelah
ngecek ada diangka 18’c) ditambah dengan sepoi-sepoi angin membuat saya
ketiduran beberpa menit ketika nunggu suami selesai jum’atan, aah nikmatnya.
Pukul 12.30 kita buru-buru turun
untuk cek in takut kena macet (kenyataannya jalan masih lancar). Satu Hal yang
mengganjal saya di masjid ini ialah tarif parkirnya yang seperti tarif parkir
di Mall, yaitu tarif perjam kita pun harus membayar parkir 8rbu pdhal ga nyampe
3 jam kita dsni. 15-20 menit dari Atta’awun kita sampai dihotel yang pertama,
yaitu Parama Hotel.
Review Hotel dan Kelanjutan
Cerita to be Continue …..
0 komentar:
Posting Komentar